Assalamualaikum

Ucapkan salam sebelum masuk ^_^

Facebook Mengenalkanku Denganmu

            Assalamulaikum. Awal perkenalanku dengan dunia menulis di situs jejaring social yang pada masa itu sangat digandrungi anak remaja. Pada awalnya aku hanya menulis di buku diary, yap aku memang orang yang suka berkhayal dan juga orang yang tipenya tidak mampu mengutarakan perasaan lewat lisan. Aku menumpahkan semua perasaanku di dalam sebuah buku diary yang menurutku luar biasa, tapi pasti menurut orang lain buku itu hanya hal yang biasa. Buku diary yang selama hampir tiga tahun selalu menemaniku, hanya dia tempatku berbagi, senang, sedih dan bimbang, selalu aku ceritakan padanya. Tapi facebook, situs jejaring social yang baru berhasil aku buat setahun lebih yang lalu, mengenalkanku pada dunia Fan Fiction, menulis cerpen dengan berbagai genre tapi tokoh berdasarkan idola kita, seperti Boyband Korea, ataupun anak Idola Cilik, yang pada masa itu sangat hangat dibicarakan.
            Aku suka berkhayal, tapi gak pernah terfikirkan olehku untuk ikut masuk ke dalamnya, dunia menulis. Aku iseng membaca cerpen yang dibuat oleh para facebookers. Asik, keren dan bagus, itulah yang dibenakku saat membaca cerpen mereka, entah punya siapa saja. Aku suka Idola Cilik, program televisi yang menayangkan bakat-bakat anak Indonesia. Iseng, berawal dari sebuah keisenganku dan juga sahabatku, kami membuat sebuah grup khusus pecinta cerpen yang tokohnya dari anak Idola Cilik dan juga Boyband Korea. Aku juga sangat menyukai Boyband Korea. Aku mencoba membuat cerbung, sumpah itu cerbung asal jadi banget. Gak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, maklum namanya juga anak kecil yang baru belajar menulis cerpen, waktu itu aku masih duduk di kelas 3 SMP.
            Menulis bagiku hanya mood-moodan, begitulah ABG labil seperti aku ini. Sampai akhirnya aku menemukan sosok pria yang sepertinya ingin banget jadi seorang writer, tapi sayang, itu masih menjadi sebuah harapan. Aku belajar banyak dari dia. Kak Haris, begitulah aku biasa memanggilnya walau hanya lewat facebook. Awalnya aku merasa aneh dengan orang itu, tanpa sengaja aku tertarik melihat profil dan mengklik catatannya. Aku membaca keseluruhan isi catatannya di akun facebooknya, Haris Firmansyah Hirawling. Tertawa, ngakak, kadang tersenyum kecil. Itulah sebagian ekspresiku saat membaca catatannya. Setiap hari dia menulis kejadian yang dia alami dengan gaya yang berlebihan, kalau bicara soal Kak Haris gak bakal ada habisnya. Kekonyolannya yang paling aku rindukan, walau hanya lewat tulisan. Dia mampu menghibur semua orang yang singgah membaca catatannya. Sungguh hebat. Aku mendoakanmu, Kak agar jadi penulis dan aku akan jadi pembaca setiamu, serta fans number one-mu.
            Kemudian, sahabatku yang juga sedang mendalami dunia menulis menyarankan padaku agar aku ikut Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) yang bernama Writing Revolution. Iseng, kata itu lagi yang aku keluarkan. Yah, awalnya aku hanya iseng, lebih tepatnya ikut-ikutan. Aku minta uang pada Ibuku dengan alasan ikut mendaftar SMCO di internet dan Ibuku tanpa curiga memberikan uang pendaftaran tersebut. Aku merasa senang, aku pun langsung mentrasnfer uang tersebut bersamaan dengan sahabatku. Kami berdua bersama mendaftar di Writing Revolution. Kami menghubungi direktur utama penyelenggara SMCO tersebut. Lalu, aku pun masuk menjadi bagian dari keluarga besar SMCO yang cukup ternama. Mulanya malu dan minder berasa di grup tersebut, karena semua rata-rata sudah hebat, karyanya sudah masuk antologi semua. Keren. Tapi ada salah satu Kakak di Wrting Revolution yang bilang “Kita sama-sama belajar disini, Dek.” Senangnya, aku menjadi semakin semangat dalam dunia ini.
            Satu bulan aku gabung di grup tersebut, ada lomba yang bertema Cinta Gokil. Iseng, lagi-lagi hanya sebuah keisengan, tapi mampu membuat naskahku lolos dalam tema tersebut. Kaget, sangat kaget. Melihat ada namaku di deretan pengumuman naskah yang lolos. Senang sekali rasanya. Aku menjadi semakin semangat dalam bidang ini. Apalagi ditambah honor yang kita terima kalau kita bisa menjadi penulis cerpen yang intensif di sebuah majalah atau pun koran. Aku menjadi semakin bersemangat dalam mengasah kemampuanku. Aku selalu mencoba mengikuti lomba yang ada di dunia facebook, yang bisa aku ikuti. Semoga dengan mengikuti lomba seperti ini, aku menjadi semakin bisa mengasah kemampuan menulisku.
 Jujur, aku sendiri masih bingung siapa inspirasiku. Tapi sepertinya yang mengenalkanku akan dunia menulis sendiri adalah facebook. Dan yang membuatku memberanikan diri membuat cerpen adalah sahabatku, Retno. Tak lupa Kak Haris, yang selalu membuat aku tersenyum saat membaca catatannya, yang menurutku berlebihan tapi disitulah letak spesialnya bagiku. Dia juga secara tidak langsung memberi semangat kepadaku untuk teruslah menulis walaupun tulisanmu itu jelek, jangan pernah berhenti menulis selagi tangan masih bisa bergerak. Subhanallah. Ditambah Ibuku yang pernah bilang seperti ini padaku, “Rajinlah nulis, Jan. Dulu Mamah pengen kali jadi penulis, tapi keburu nikah sama Ayahmu.” Aku tertawa saat mendengarnya. Tapi malah itu menjadi suatu motivasi bagiku untuk melanjutkan cita-cita Ibuku yang belum kesampaian. Beliau hanya seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah sekolah swasta di kota saya tinggal. Apalagi kemarin kejadian pahit itu membuat aku semakin bersemangat menjadi penulis hebat. Kejadian dimana aku dan Ayahku tertipu oleh sebuah akun di facebook yang mengenalkanku dunia bisnis atau sering disebut online shop. Yah, kami atau lebih tepatnya aku saja yang termakan rayuan sang penipu ulung itu. Manis kata-katanya tapi nyatanya pahit sekali. Sungguh, merasa bersalah akan semua itu. Membuat Ayah kehilangan uang jutaan, padahal Ayah hanya seorang pegawai biasa, seorang guru juga. Aku menangis saat itu. Tapi aku berfikir untuk mencoba mencari uang sendiri, walau hanya cukup untuk membiayai uang sekolahku saja.
Dari peristiwa itu aku semakin semangat belajar menulis agar nantinya tulisanku banyak yang masuk antologi dan bisa dapat komisi dari itu semua, yah walaupun aku tak begitu mengharapkan komisi itu. Aku ikhlas menulis, aku mencoba melakukan semuanya karena Allah, agar tak ada beban di hatiku. Sekarang aku hanya rajin membaca catatan Kak Haris, yang selalu di publish di facebook setiap hari. Dia inspirasi saya. Dia yang membuat saya semangat. Ayah dan Ibu, kalian juga inspirasiku untuk menjadi seorang penulis sungguhan. Aku masih terus akan belajar sampai akhirnya kesuksesan membawaku. Masih lama, mungkin waktunya masih lama. Aku berharap Kak Haris yang terlebih dahulu menjadi penulis. Dia juga loh, yang mengenalkanku pada karyanya Raditya Dika, Andrea Hirata dan juga penulis novel Harry Potter yang terkenal itu, J.K Rowling. Gabungan nama belakangnya, Hirawling. Unik, yap dia memang orang yang unik menurut saya.
Dalam dunia menulis ini juga saya menjadi mempunyai banyak teman baru di facebook, dari pulau mana saja semua bergabung jadi satu. Satu tujuan, sama-sama ingin menjadi seorang penulis. Cita-cita yang tak pernah sedikitpun singgah dalam otakku. Tapi karena dunia ini telah mengajarkan banyak hal untukku dari mulai arti cinta, arti kehidupan, dan masih banyak lagi. Semua kata bisa terangkai dalam sebuah tulisan yang indah. Tulisan yang mampu membuat orang terperangah, saat membacanya. Aku sangat suka membaca, dari membaca aku menjadi tahu menulis. Tulislah perasaanmu, tuangkan perasaanmu di atas kertas putih, Insya Allah perasaanmu lega. Saat engkau membaca ulang tulisanmu itu, kau akan tersenyum dan berkata, “Apa ini aku yang nulis?”. Semoga cerita hidupku tentang bagaimana dan apa yang membuatku ingin menjadi seorang penulis dapat menginspirasi kalian untuk ikut menulis juga. Yap, inilah jawaban yang jujur dan polos dari anak remaja yang baru menginjak umur 15 tahun ini. Wassalamualaikum.
***
Naskah lomba tak lolos hehe mohon koreksiannya dong, mas mbak. add me at facebook 'Nurjannah Jaimbum' and follow me at tweet @JannahSiJaim :) kunjungi blog ane yah :) makasih


Kepulanganku dan Kepergianmu, Bunda

Aku melihat bendera berwarna kuning di depan gang kecil menuju rumahku, “innalillahi,” gumamku. Aku pun terus menyusuri gang kecil itu. Akhirnya aku sampai, aku berdiri tepat di depan rumahku, sudah 6 tahun aku meninggalkan rumah kecilku ini, dikarenakan pergi menuntut ilmu di negeri orang. Apa yang telah terjadi? Aku melihat ramai orang di rumahku. Sedang apa mereka? Tak biasanya, apa mereka ingin menyambut kedatanganku? Ah, tidak mungkin. Karena rasa penasaranku, aku mempercepat langkahku, mendekati rumah yang sangat aku rindukan. Aku terkejut melihat orang di rumahku berwajah sedih, apa ini pertanda buruk? Segala pertanyaan muncul dibenakku. Aku memasuki rumahku, orang-orang yang ada di sana memperhatikan diriku dengan rasa kasihan. Aku masuk, aku melihat Ayahku, dia sedang membaca yasin. Mengiringi kepergian seseorang. Tapi siapa? Kulihat sekeliling Ayah, hanya ada Adik perempuanku, Dilla dan para tetangga yang sepertinya datang melayat. Aku semakin bingung dan diselimuti rasa takut. Takut kehilangan.
            “Yah, Dodi pulang,” sapaku lirih, aku melihat seorang wanita paruh baya terbujur kaku, tak bernyawa lagi. Seakan tersenyum padaku.
            “Dodi, sini Nak, kita sama-sama berdoa untuk Bunda.” Ajak Ayah sembari bergeser, mempersilahkan aku duduk di dekatnya, di samping tubuh wanita yang sangat aku rindukan selama 6 tahun ini, Bunda. Aku mencoba tegar, walaupun kenyataan ini begitu pahit. Kenapa disaat aku, baru saja menyelesaikan sekolahku dan belum memberikan apa pun untuk Bunda, Engkau mengambilnya, Gusti Allah? Tak dapat dibendung lagi tangisku. Perlahan tapi pasti, aku menangis. Adikku, menghampiriku dan bertanya.
            “Bang, Bunda ngapain, sih?” tanyanya polos, maklum umurnya baru 5 tahun. Aku dan Dilla memang sangat terpaut jauh umurnya. Aku tersenyum mendengarnya, mencoba menjawab dengan tegar.
            “Bunda, dipanggil sama Gusti Allah. Dede, doain Bunda saja, yah.” Jawabku memberi pengertian padanya. Ayah hanya tersenyum, lalu melanjutkan membaca lantunan ayat suci untuk Bunda.
            “Jadi, Bunda gak tinggal sama kita lagi, Bang?” tanyanya dengan wajah yang terlihat sedih.
            “Iya, tapi Dede tenang saja, nanti kita ketemu sama Bunda di surga.” Kembali, aku mencoba memberi pengertian untuknya. Dengan sebuah senyuman agar meyakinkan dia, bahwa semua baik-baik saja. Tiba-tiba saja Dilla memeluk tubuhku yang lebih besar dari tubuhnya.
“Dede, sayang Abang.” Ucapnya tulus, masih memelukku erat, bahkan erat sekali. Seakan tak ingin kehilangan diriku juga.
“Abang, jangan di panggil Gusti Allah juga, yah.” Lanjutnya. Aku semakin memeluknya erat. Mencoba menguatkan bidadari kecilku. Sekarang hanya ada aku dan Ayah, tidak ada lagi Bunda yang menemani Dilla tidur, tak akan ada lagi. Semua sudah hilang, dan hanya akan menjadi sebuah kenangan.
(399 kata tanpa judul)

***
FF yang gak lolos hehe, minta koreksiannya boleh? add me at facebook 'NurjannahJaimbum' follow me at tweet @JannahSiJaim :) kunjungi blog ane terus yah gan :D

Nikah Muda? Siapa Takut

            Hatiku beredebar saat melihat papan pengumuman hasil kerja kerasku selama tiga tahun ini. Aku melihat satu persatu nama yang ada di sana, aku cukup terkejut melihat salah satu teman sekelasku tidak dapat lulus. Sedih, pasti itu yang ia rasakan. Kebetulan hari ini hari terakhir melihat pengumuman. Hanya tinggal beberapa orang saja yang baru melihat, termasuk aku.
            “Akhirnya, ketemu juga namaku.” Ujarku dengan senyum mengembang di bibirku. Aku lihat nilai-nilaiku dan ternyata aku lulus, walaupun bukan sebagai nilai yang terbaik, tapi aku sudah cukup bahagia. Rona merah di pipiku tak dapat dihindari, aku senang sekali. Aku menangis, yah aku menangis karena bahagianya diriku. Tak ada penyesalan dalam hatiku, aku bisa menjadi seperti harapan orang tuaku. Tapi hanya satu lagi sekarang yang masih belum bisa aku berikan untuk mereka, kerja.
            “Gimana, Syah? Lulus, kan?” tanya seorang pria yang selama ini menemaniku, yah dia pacarku. Dia duduk di atas motor bebeknya menungguku yang tadi melihat pengumuman. Begitu setianya dia padaku. Padahal dia bisa saja mencari yang lebih dariku. Lihatlah dirinya? Dia sudah dewasa, sudah matang, dan siap menikah. Sedangkan aku? Baru saja menamatkan sekolahku di tingkat SMA.
            “Alhamdulillah, lulus Mas.” Jawabku sembari tersenyum, Mas Fahri, begitulah aku memanggilnya. Dia ikut tersenyum mendengar kabar baik dariku.
            “Alhamdulillah, Mas juga ikut senang mendengarnya,” ujarnya sambil memperbaiki duduknya di atas motor bebeknya. Aku hanya tersenyum, lalu menunduk. Untuk menjaga amanah Rasul ‘Tundukkanlah tatapanmu’, walaupun sudah tiga tahun aku berpacaran dengannya, aku belum pernah melakukan hal yang tidak senonoh dengannya. Dia juga sangat menghormati wanita. Karena dia berprinsip, ‘melukai wanita, sama saja seperti melukai Ibunya’. Subhanallah, jarang ada pria seperti ini. Jujur, aku sangat mencintainya, tapi cintaku padanya tak melebihi cintaku padaMu, ya Rab.
            “Yuk, pulang.” Ajaknya, aku pun menaiki motornya. Aku hanya berpegangan pada besi di jok belakang motornya. Aku sangat menjaga kesucianku.
            “Jadi, mau lanjut atau…” Ucapannya membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, apa dia mau melamarku? Ah, tidak mungkin.
            “Ehem, maksud Mas Fahri apa?” selaku sebelum dia benar-benar mengutarakan maksudnya.
            “Oh, tidak apa-apa. Jadi mau lanjut kemana?” tanyanya, mengerti kalau aku sedang tak ingin membicarakan hal itu, dia pun langsung mengganti topiknya.
            “Insya Allah, mau kuliah dulu, lah Mas.” Jawabku mantab. Dia hanya diam, mungkin dia sudah lelah menungguku. Entahlah…
            Sepanjang perjalanan setelah pembicaraan tadi, dia tak ada bicara padaku lagi. Mungkin dia masih marah akan jawabanku tadi.
            “Mas, masih marah padaku?” tanyaku setelah berhenti di depan pekarangan rumahku. Sambil membenarkan jilbabku yang tadi terkena angin.
            ‘Tidak, aku tidak marah padamu, hanya kecewa dengan jawabanmu tadi.” Ujarnya. Dia memang sangat dewasa, sosok yang memang aku idamkan. Tapi, jika melanjut ke hubungan lebih lanjut, jujur aku belum siap lahir bathin. Aku tahu dia sudah matang untuk itu dengan umurnya yang sekarang jalan 26 tahun. Tapi aku? Aku baru saja lulus sekolah, masih terlalu dini untuk itu. Aku masih ingin menjelajahi dunia ini. Aku masih ingin menggapai mimpiku.
            “Bukankah kita sering membicarakan ini sebelumnya?” tanyanya padaku, aku hanya diam. Memang, sudah sering sekali terjadi pertengkaran kecil seperti ini diantara kami dan masalah yang kami ributkan hanya itu-itu saja. Aku sampai merasa bosan. Kenapa dia tak mau mengerti diriku. Aku kecewa, tapi aku juga tidak menyalahkan dirinya. Karena memang dia sendiri sudah cukup matang untuk itu. Aku tertunduk, memainkan kakiku diatas tanah yang kupijaki.
            “Kamu cuma bisa diam, diam dan diam saat membahas tentang itu.” Lanjutnya lagi, membuat aku semakin merasa bersalah.
            “Mas Fahri, harusnya mengerti aku,” ujarku lirih masih tetap menunduk, tak berani aku menatapnya, yang tengah marah saat ini.
            “Kurang mengerti apa aku sama kamu,” ucapan aku yang menyebutkan dirinya membuat aku semakin tahu bahwa saat ini dia benar-benar marah. Tak seperti biasanya dia memanggil dirinya dengan sebutan ‘aku’. Mataku perih, air mata berkubik-kubik memaksa keluar dari pelupuk mataku saat ini.
            “Mas, sangat emosi. Lebih baik kita sudahi pembicaraan ini. Assalamualaikum.” Pamitku padanya. Dia pun tak menjawab salamku. Entah dia hanya menjawab dalam hati, aku pun tak tahu.
***
            Seminggu setelah kelulusanku dan kejadian itu. Mas Fahri benar-benar marah, buktinya dia tidak ada menghubungiku semenjak kejadian itu. Aku sedih. Kenapa harus berakhir seperti ini? Aku mencoba menelfonnya, tapi apa yang kudapat? Hanyalah suara yang tedengar dingin di telingaku. Dia sangat dingin padaku.
            “Syah, Nak Fahri kok nda pernah main kesini lagi?” tanya Ibuku tiba-tiba saat kami sekeluarga tengah menonton televisi di ruang keluarga. Aku tak menjawab pertanyaan Ibuku tadi.
            “Lagi ada masalah?” tanya Ayahku, kali ini. Kembali aku diam, apakah aku harus menceritakan ini pada mereka?
            “Kok diam saja ditanyain?” kembali Ibuku bertanya, seakan memaksaku untuk membagi sedikit bebanku untuk mereka.
            Ragu-ragu aku berkata, “Mas Fahri mengajak Isyah menikah.” Dengan menunduk aku berkata seperti itu, takut kedua orang tuaku marah.
            “Menikah?” kaget mereka. Aku sudah menduga pasti jadinya seperti ini.
            “Kamu mau?” tanya Ayah.
            “Isyah, takut Ayah sama Ibu nda setuju.” Jawabku jujur. Mereka berdua saling berpandangan lalu…
            “Hahahhahahaha,” mereka berdua tertawa. Apa yang lucu? Apa yang tengah mereka tertawakan? Aneh.
            “Kamu bilang sama Nak Fahri, besok pagi datang ke rumah.” Pesan Ayah sebelum masuk ke kamarnya. Aku hanya mengangguk bingung dengan kelakuan Ayah dan Ibuku, sedangkan Ibuku. Dia hanya tersenyum misterius denganku, lalu ikut mengekor Ayah ke kamar.
            Aku pun juga masuk ke kamar, sesampainya aku di kamar, aku langsung menyampaikan amanah Ayah. Aku mengirim pesan singkat untuk Mas Fahri. Lalu aku pun tertidur saat menunggu balasan darinya yang tak kunjung datang.
***
            Pagi ini begitu cerah, secerah hatiku. Hari ini aku akan mendaftar ke Universitas yang aku inginkan, untuk melanjutkan cita-citaku menjadi seorang ahli computer. Aku pun bersiap-siap kemudian pergi ke bersama kedua temanku yang juga akan mendaftar ke sana. Sebelum pergi aku sempat berpapasan dengan Mas Fahri yang ternyata datang sesuai dengan amanah yang aku sampaikan padanya kemarin.
            “Assalamualaikum,” pamitku saat melihat Mas Fahri berada di pekarangan rumahku turun dari motornya. Dia masih terlihat dingin padaku, aku sedih melihantnya seperti itu. Aku pun hanya bisa pergi dari situ. Dia masuk ke dalam rumahku. Entah apa yang akan dibicarakan dia dengan kedua orang tuaku yang memang sudah menunggu kedatangannya.
***
            Betapa terkejutnya saat aku pulang Mas Fahri masih ada disana, di rumahku. Dia kelihatannya tengah tersenyum kepadaku. Kenapa dia? Aku melangkahkan kakiku masuk sambil mengucapkan salam.
            “Assalamualaikum”
            “Waalaikumsalam,” jawabnya. Aku merasa aneh dengannya, duduk di depan rumah yang memang disediakan kursi untuk tamu.
            “Mas Fahri, kenapa?”
            “Orang tuamu mengijinkan aku meminangmu, jadi kamu mau?” ujarnya, membuat aku gugup. Aku terdiam.
            “Tenang saja, setelah kita menikah, kamu masih tetap akan melanjutkan kuliahmu sampai tamat. Bagaimana? Kita juga akan menunda buah hati dulu, selagi kamu masih kuliah. Kamu mau, kan?” bujuknya, membuat aku terharu. Aku menunduk, memohon petunjuk pada Allah.
            Cukup lama aku terdiam, begitu juga dia. Lalu aku menjawab dengan kemantapan hatiku saat ini.
            “Insya Allah, Isyah siap lahir bathin, Mas.” Ucapku akhirnya, membuat Mas Fahri mengucapk syukur.
            “Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Telah Engkau bukakan pintu hati wanitaku ini. Amin,” puji syukurnya kepada Allah. Aku hanya tersenyum. Tak terasa aku menangis bahagia. Nikah muda? Siapa takut…
***
Mohon koreksiannya dong... :) Add me at facebook 'Nurjannah Jaimbum' and follow me at tweet @JannahSiJaim kunjungi juga blog ini :) makasih all :*



Tahukah kamu bahwa tubuh yang terawat baik mencerminkan kecantikan dari dalam dan dari luar? Namun saat haid, tidak sedikit wanita luput memperhatikan hal tersebut. Masalahnya, emosi labil yang timbul akibat hormon turun-naik menjelang atau ketika haid, seringkali membuat wanita moody untuk merawat penampilannya.

Sebut saja gara-gara perasaan tertekan, kamu malas cuci rambut berhari-hari dan lupa menyisirnya. Atau akibat stress menahan rasa nyeri haid, selera berpakaian kamu turun sehingga dalam memilih baju dan warna pun asal-asalan.

Nah, jika dibiarkan berlarut-larut, hal itu akan semakin membebani kamu. Pasalnya, kamu bukan saja semakin tidak nyaman dengan diri sendiri. Orang-orang di sekitar kamu pun, menjadi risih dengan kehadiran kamu.

Oleh karena itu, jangan biarkan masalah datang bulan menghalangi kamu untuk tetap bisa tampil cantik dan prima saat melakukan berbagai aktivitas. Bingung bagaimana caranya? Tidak usah khawatir, Anda dapat mengikuti tips-tips perawatan dari luar dan dari dalam berikut ini.

Perawatan Luar 

Rambut
• Say no bad hair day! Rambut kotor, kusut, dan bau membuat kepala terasa berat. Tapi rambut bersih dan bersinar, membuat kepala dan beban terasa lebih ringan.
• Rajin mencuci rambut secara rutin.
• Pergilah ke salon untuk hair treatment. Misalkan hair spa, creambath, atau sedikit pijatan di kepala untuk mengendurkan ketegangan pikiran Anda.


Wajah
• Rajin mencuci muka atau membersihkan wajah setelah seharian beraktivitas, setelah menggunakan make-up, atau sebelum tidur.
• Gunakan masker yang sesuai dengan kulit sedikitnya seminggu sekali.
• Berikan pijatan ringan pada wajah Anda untuk relaksasi.
• Jangan ragu mengoleskan make-up yang sesuai dengan aktivitas untuk menunjang penampilan Anda. Jika Anda terlihat cantik, perasaan Anda otomatis ikut senang.
• Hindari penggunaan make-up yang membuat kulit wajah gatal dan panas. Hindari juga penggunaan warna-warna make-up yang tidak sesuai dengan kulit Anda.
• Siapkan kertas minyak dalam tas Anda. Saat haid, produksi keringat/minyak dapat berlebih. Jadi jangan biarkan wajah Anda mengkilap oleh minyak dan keringat.
• Gunakan sunblock untuk melindungi kulit dari terpaan sinar matahari yang terlalu terik dan dapat menyebabkan kelainan pada kulit.


Tubuh
• Mandilah secara rutin, minimal 2 kali sehari, mengingat haid dapat memicu bau tidak sedap keluar dari tubuh.
•Gunakan deodorant untuk mengatasi bau badan.
• Semprotkan body spray atau parfum aroma favorit. Wangi yang menyenangkan akan memberi kesan segar.
• Pilihlah warna-warna pakaian yang ceria atau memberikan aura gembira pada diri kamu. Tinggalkan sejenak warna-warna gelap atau kelabu yang memberikan suasana suram. Padu-padankan hingga tampak serasi di diri kamu.
• Berolahragalah agar aliran darah lancar dan kotoran terbuang melalui keringat. Olah raga juga membantu membakar lemak yang tertimbun dari makanan-makanan yang dikonsumsi berlebihan akibat nafsu makan tak terkontrol saat PMS.


Perawatan dalam

• Berilah terapi bagi jiwa dengan berpikir jernih dan tenang dalam memandang segala sesuatu. Meski emosi labil, tapi sebenarnya pikiran kamulah yang mengaturnya. Kuasai diri dan jangan biarkan diri kamu dikendalikan oleh emosi.
• Ingatlah bahwa pikiran yang kusut akan membuat wajah berkerut. Penampilan pun terlihat berantakan meski kamu telah bersusah-payah berdandan. Sebaliknya, jika pikiran positif maka air muka akan berseri-seri dan mata pun bercahaya karena inner beauty Anda terpancar.
• Perbanyak mengonsumsi buah-buahan, air putih, dan sayuran sebagai sumber nutrisi agar kulit semakin bersinar dan membantu peremajaan kulit.
• Minum KIRANTI sejak 3 hari sebelum, selama, hingga 3 hari setelah menstruasi. Hal ini sangat dianjurkan untuk mencegah segala masalah datang bulan seperti nyeri haid, keputihan, perut kembung, atau bau badan yang dapat membuat Anda menjadi tidak percaya diri dan kurang nyaman dengan diri sendiri.


Credit: Majalah Anekayess-Online (Anekayess-online.com)
Editing By: Bidadari Ungu



Biru… salah saru warna yang membentuk warna ungu, saya hanya sedikit saja menyukainya tapi menurut saya pribadi warna biru itu mempunya kesan yang tenang dan juga indah. Dan buat teman-teman maniak biru saya kasih deh hasil browsing saya tentang warna ini. Saya juga suka kok. Artinya juga keren-keren kok. Baca yuk =>

Hasil browsing saya tentang “Warna Biru” menurut berbagai sumber di mbah google.com.

Warna Biru
Jika kamu menyukai warna biru, maka kamu termasuk dalam tipe pemurung, selalu menyenangkan dan selalu bertindak pasif dalam segala hal. Mendambakan ketenangan dan ketentraman. Kamu selalu mendapat kesulitan dalam pergaulan. Demikian pula dalam bercinta karena kamu pintar dalam menyembunyikan perasaan.

Comment Saya: Waduh gak asik banget nih orang yang suka warna biru. Hehehe tapi say ayakin setiap orang yang suka warna biru kan beda-beda sifatnya. Ambil yang positifnya aja yah. :)
***

Biru
Positif: keheningan, mencintai, kesetiaan, keamanan, percaya, intelligence
Negatif: kedinginan, ketakutan, kejantanan

Comment Saya: Ambil positifnya dan singkirkan negatifnya. Wew? Kesetiaan berarti pecinta biru setia dong, yah. Ah~ cool ^_^
***

Mawar biru secara traditional diciptakan dengan mematikan mawar putih
dan menahan pigmen delphinidin, sehingga hanya ada pigmen utama
penghasil warna biru saja. Akhirnya toh pada tahun 2004 oleh perusahaan Jepang dan Australia bekerja sama menciptakan Mawar Biru dengan teknik Rekaya Genetik
(Suntory and Florigene).
Arti :
Mawar Biru merepresentasikan perasaan yang tidak mudah dikatakan.
Mawar Biru diartikan juga Imaginasi, misteri, tak dapat disentuh
atau ketidakmungkinan.
Mawar Biru adalah sesuatu yang benar benar dalam, berasal dari
mawar putih yang telah lama, dingin dan membeku menjadi mawar biru.
Mawar Biru melambangkan kesungguhan atas perasaan karena
direkayasa genetik dengan semua warna mawar yang menjadikan mawar biru
memiliki kelebihan dari semua mawar (merah, kuning, putih, hitam).

Comment Saya: Keren ish tadinya gak ada mawar warna biru jadi ada. Keren banget… Liat aja noh pictnya, hehehe artinya juga keren, berarti orang yang ngasih mawar biru itu artinya kayak yang di atas itu. So sweet deh :D
***

Warna Biru
Tidak bisa lepas dari elemen air dan udara, berasosiasi dengan alam, melambangkan keharmonisan, memberi kesan lapang. Pemakaian warna biru dapat menimbulkan perasaan tenang dan dingin, melahirkan perasaan sejuk, tentram, hening, dan damai, memberi kenyamanan dan perlindungan. Warna ini juga diasosiasikan dengan kesan etnik, antik, country-style. Warna biru yang kuat bisa merangsang kemampuan intuitif dan memudahkan meditasi. Tapi berhati-hatilah, karena terlalu banyak biru bisa menimbulkan kesan kelesuan.

Comment Saya: Pecinta alama banget deh warna biru, hehehe ;D
***  

Biru
Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Obyek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang. Warna Biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara, air dan kedalaman laut. Selain itu, jika digabungkan dengan warna merah dan kuning dapat memberikan kesan kepercayaan dan kesehatan. Jika Anda berkecimpung di bidang kerja yang membutuhkan ide-ide kreatif yang segar, warnai ruang kerja Anda dengan warna biru . Warna ini menggambarkan kesejukan, santai dan tidak hanya memiliki kemampuan menenangkan urat saraf yang tegang tapi juga diketahui meningkatkan kreativitas.


Comment Saya: Bacanya ngiler dan mikir. Betapa kerennya arti warna biru. Tanpa saya ketahui banyak yang tersembunyi dibalik warna biru yang lembut ini. d(^_^)b
***

Biru
Arti: kesetiaan, ketenangan, sensitif dan bisa diandalkan.
"Biru memiliki arti stabil karena itu adalah warna langit," kata Eisman. Meski langit kelabu dan akan hujan, kita tahu di atas awan-awan itu warna langit tetaplah biru.
Kapan dipakai: Biru tua lebih cocok untuk acara formal atau seragam, sementara biru muda untuk yang sifatnya non formal. "Untuk memberi kesan humor dan kreatifitas.

Comment Saya: No comment dah~ :D
***

Biru Menurut Fengshui
Damai dan menyejukkan. Biru juga terkait dengan spiritualitas, kontemplasi, misteri, dan kesabaran. Asosiasi positifnya, rasa percaya dan stabilitas. Sifat negatifnya, curiga dan melankolis. Biru memberi kesan luas pada ruangan.
Cocok: ruang meditasi, ruang tidur, dan ruang terapi.
Tak cocok: ruang keluarga, ruang makan, dan ruang kerja.

Comment Saya: Yah, ruang tidur udah warna ungu. Hehehhe buat kalian cat deh warna kamar kalian dengan warna eksotis ini. Hhehehehe.
***

Nah, arti warna biru di berbagai negara hanya satu yang saya temukan. Susah mencarinya bagi yang tau bagi_bagi dong, yah. Silahkan ke kotak dibawah sana =>


Amerika
Status warna biru di sana sebagai lambang kepercayaan (trust), sampai logo suatu bank saja warna biru.


Comment Saya: Keren ish.. >,<

***


Cuma segitu aja yang saya dapat, kalau ada referensi tolong di kasi tahu yah, lewat comment di bawah sana. :) Happy reading, semoga ini bermanfaat buat kita semua untuk lebih mengenal arti warna biru. Kapan-kapan juga saya akan bahas warna lain tentunya, siapa tahu nanti yang akan saya bahas adalah warna favorit kalian? Tungguin aja, yah.



Credit: Berbagai sumber dari mbah google.com
Editing By: Bidadari Ungu

Salam Imut^^
Assalamualaikum~

Bukan Kamu Tapi Dia



Berulang kali kau menyakiti
Berulang kali kau khianati

= = = = = =

            “Jadi …?” tanyamu padanya, ada nada getir terasa di bibirmu. Dia yang kau tanya hanya menunduk, dan sepertinya dia tak tau harus menjawab apa.
            “Please, answer me …” Mohonmu padanya tapi lawan bicaramu masih tetap menunduk seperti tadi. Kau pun akhirnya menyerah dan memutuskan untuk pergi dari tempat dimana kau memergokinya sedang berjalan dengan seorang pria lain. Pria yang mungkin membuatnya lebih bahagia daripada saat bersamamu. Sungguh ironis.
            “Alvin …” Panggilnya lirih saat kau mulai menjauhinya. Sepertinya dia mau menjelaskan sesuatu padamu. Entahlah. Kau menghentikan langkahmu, berbalik dan melihat wanita yang sangat kau cintai. Hey, dia berlari ke arahmu.
            “Maafin, aku …” Ucapnya lirih, sangat lirih. Dia menangis di pelukanmu. Kau tak membalas pelukannya. Pelukan wanita idamanmu. Kenapa? Ada apa dengan dirimu, Alvin? Apa kau tak mencintainya lagi?
            “Udahlah, all is over.” Ujarmu, ada nada tak rela terdengar dari nada bicaramu. Kau tak rela tapi kau mengatakan itu. Bodoh. Kau melepas pelukannya lalu memegang kedua tangannya, erat.
            “Maaf, aku gak bisa jadi terbaik buat kamu,” kau tampak seperti orang bodoh dengan mengatakan kalimat barusan. Wanitamu hanya tersenyum kecut mendengar rentetan kata-katamu tadi. Kau melepaskan genggamanmu dari tangannya, lalu berbalik dan pergi. Pergi jauh, mungkin juga pergi dari hidupnya.

* * * * *
Sakit ini coba pahami
Kupunya hati bukan tuk disakiti

= = = = = =

            “Kamu, kuat Alvin …” Ya, semenjak saat itu kau hanya mengurung diri di dalam kamarmu. Hanya temanmulah yang menyemangati dirimu. Terlihat konyol memang dirimu. Pria tapi cengeng. Sungguh ironis. Kau hanya tersenyum miris saat mendengar temanmu sedang menyemangati dirimu.
            “Sakit, itu yang aku rasakan, Yo. Mungkin kau gak pernah ngerasaan hal konyol begini. Tapi jujur gue cinta banget sama dia. Dia yang pertama dan aku juga harap dia yang terakhir. Tapi …” Kau selalu saja bicara seperti itu, seperti tak ada saja wanita lain di dunia. Gila.
            “Ya, tapi kau juga gak harus seperti ini, Vin.” Temanmu, Mario. Selalu saja mengatakan hal itu, tapi sepertinya kau tak mengubris perkataannya. Kasihan.
            “Aku punya hati, Yo. Dan hati aku bukan untuk disakiti. Kenapa dia tega sama aku.” Kamu selalu saja mengelak kata-kata Mario dengan alasan kamu punya hati dan hati kamu bukan untuk disakiti. Hey, setiap orang memang punya hati. Mario
benar-benar kehabisan kata-kata saat kamu mengatakan kalimat itu. Akhirnya dia menyerah. Keluar dari kamar berwarna kesanganmu, itulah yang ia lakukan saat sudah seperti ini.

* * * * *
Kuakui sungguh beratnya meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan karena ku tahu ini yang terbaik

= = = = = =

            “Kau …” Ucapmu lirih saat bertemu dengannya lagi. Sudah hampir sebulan sejak kejadian itu kau dan dia tak pernah bertemu, baru hari ini di mall yang biasanya kau kunjungi bersama dengannya tapi sekarang kau sendiri. Lihat, wanitamu tidak sendiri, dia bersama dengan pria idamannya.
            “Alvin,” dia terkejut melihatmu sekarang sedang berdiri di depannya dan juga di depan pria yang tengah bergandengan dengannya. Tapi, dia melepas gandengannya dengan pria itu, mungkin karena dirimu. Entahlah.
            “Dia siapa, Vi?” tanya pria yang sedang bersama wanitamu itu, tapi dulu sekarang dia sudah bukan wanitamu lagi. Hey, ingat itu.
            “Umm, dia …” Mungkin dia sedang kebingungan mau menjawab apa. Kau pun mengambil alih pertanyaan itu,
            “Alvin, teman kuliahnya, Via.” Selamu dan langsung menjabat tangan pria itu. Pria yang mungkin saja telah merusak hubunganmu dengannya. Kau pun tak mengerti.
            “Gabriel,” balas pria itu sambil membalas jabatanmu. Tersenyum dengan tulus. Tapi, kau sepertinya muak melihat pemandangan ini. Kau pun memutuskan untuk pergi dari sini.
            “Oh, aku duluan, yah.” Pamitmu segera pergi meninggalkan tempat itu. Langkahmu pun terlihat sangat begitu terburu-buru. Kau sedang terbakar api cemburu, ya kan?
            “Aku gak bisa secepat itu ngelupain kenangan kita dulu, Vi. Tapi … Lihat dirimu, kau begitu cepat melupakan kenangan kita. Begitu cepat melupakan, aku …” Lagi-lagi rasa tak rela dirimu pun muncul. Menyeruak keluar. Kau pun tak dapat menahannya. Kau menangis. Hey, seorang pria menangis di tepi danau yang sunyi. Sungguh melankolis, seperti wanita saja dirimu. Tapi, sepertinya kau tak menghiraukan kata-kata kalau pria itu pantang menangis. Cukup lama kamu menangisi akhir hubunganmu dengannya. Sungguh kau ini sangat mellow.
            “Memang berat, tapi aku harus melupakanmu, karena kau … Sudah punya pengganti diriku, yang mungkin lebih baik dari diriku.” Kalimatmu kali ini mungkin terdengar pasrah tapi memang inilah sebaiknya yang kau ucapkan sebulan yang lalu. Walau berat kau harus yakin, Alvin.

* * * * *
Kuharus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku sakitnya sakitnya oh sakitnya

= = = = =

            Sudah 2 tahun sejak kejadian itu, tapi kau masih saja sendiri. Apa kau memang tak bisa melupakan dia? Parah sekali dirimu, kalau memang begitu adanya.
            “Hei, Bro. Ngelamun aja!” seru temanmu yang lain, mengejutkan dirimu yang mungkin tengah terbuai akan kenangan masa lalumu.
            “Eh, kau. Aku gak ngelamum, kok. Cuma lagi mikir aja.” Jawabmu sepertinya hanya alasan saja.
            “Mikirin apaan?” tanya temanmu ingin tahu, dia pun duduk di sampingmu.
            “Mau ngelamar kerja dimana habis kuliah ini.” Kau mengucapkan itu sambil menerawang entah kemana.
            “Yaelah, kau ribet banget. Orang tua kau kan punya banyak usaha. Tinggal pilih saja kali.” Respon temanmu hanya seperti itu. Ya, kau memang anak dari seorang pengusaha kaya, jadi sudah sepantasnya temanmu mengatakan hal itu. Tapi kelihatannya dirimu tak suka akan hal itu.
            “Itu, kan punya orang tua aku. Aku mau usaha sendiri, Ray.” Ujarmu membuat teman yang kau sebut Ray tertawa lebar.
            “Hahahahaha, kau ini lucu … Sudah ada kok malah dibuat susah,” komentar Ray. Kau hanya mendengus kesal. Kau sangat tak suka jika disangkutpautkan dengan kesuksesan orang tuamu itu.
            “Sudahlah, kau tak akan mengerti maksudku.” Ucapmu sedikit kesal. Ray melihat perubahan air wajahmu.
            “Hei, Bro. Maaf …” Nadanya sangat selengean tapi di sana terselip nada menyesal. Kau pun tak ambil pusing akan hal tadi.
            “Yaudahlah, aku duluan yah.” Pamitmu lalu pegi dari cafeteria yang sejak tadi kau jadikan tempat tongkronganmu.
            “Kenapa aku harus melihat mereka lagi.” Kau kesal saat di parkiran melihat wanitamu -dulu- sedang berduaan dengan pria idamannya, Gabriel. Sangat miris hatimu tiba-tiba teringat akan masa pahitmu dulu. Kau pun secepat kilat mengambil motormu lalu pergi meninggalkan areal kampus dengan kecepatan yang cukup tinggi.
            “Alvin …” Lirih wanitamu saat melihat motormu tepat melewati dirinya. Sepertinya dia merasa sangat bersalah atas kejadian dulu.

* * * * *
           
Hari kelulusan pun tiba. Kau lulus dengan nilai yang cukup baik, setelah acara wisuda sarjanamu selesai, kau pun memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Meninggalkan wanitamu, lebih tepatnya.
            “Jadi kau bakal menetap di Jogja?” tanya Mario saat ini di rumahmu. Kau tampak sedang sibuk berpacking ria.
            “Iya, aku bakal menetap disana. Jaga diri kau baik-baik, yah Yo.” Ujarmu masih tetap sibuk merapikan barang-barangmu.
            “Kapan kau berangkat?”
            “Besok, jam 10 pagi.” Mario hanya mengangguk kecil.
            “Aku bakal kangen sama kau, Vin.” Ucap Mario lirih, tampak tak rela melepasmu. Kau pun mendekatinya dan memeluk sobatmu itu.
            “Jangan kayak cewe gitulah.” Ledekmu saat memeluknya. Lalu melepasnya dan kalian tertawa bersama, mungkin untuk yang terakhir berada di Jakarta.
            “Hhahahahahhaa …”

* * * * *
Ku akui sungguh beratnya meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan karena ku tahu ini yang terbaik
Kuharus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku sakitnya sakitnya oh sakitnya
Cintaku lebih besar dari cintanya
Mestinya kau sadar itu bukan dia bukan dia tapi aku

= = = = = 

            “Kasih ini buat Sivia, yah.” Mario hanya mengacungkan jempolnya. Lalu disimpannya surat beramplop ungu itu ke dalam saku celana jeansnya. Kau hanya tersenyum. Sepertinya sekarang kau akan benar-benar pergi dari dirinya.
            “Aku berangkat, yah Yo.” Pamitmu. Kau mendekati Mama dan Papamu.
            “Ma, Pa. Alvin berangkat, yah.” Pamitmu seraya mencium kedua tangan orang tuamu.
            “Hati-hati yah sayang. Jangan lupa makan, pokoknya jaga kesehatan.” Perintah Mamamu dengan sangat perhatian. Kau tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarimu.
            “Dah …” Kau pun akhirnya berangkat ke Jogja. Tak cukup jauh memang tapi, setidaknya kemungkinan untuk kau berjumpa dengannya sangat kecil. Kalau dia tidak menyusulmu ke sana.

* * * * *
           
“Ini, dari Alvin.” Ujar Mario mengacungkan surat kemarin yang dititipkan Alvin untuk wanitanya, dulu dan sampai kapanpun.
            “Alvin,” gumam wanita itu. Dia pun mengambil alih surat itu dari tangan Mario sekarang berada di tangannya.
            ‘Thank’s …” Mario hanya tersenyum lalu pergi. Dia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan membaca isi daripada suratmu. Perlahan dia membuka surat itu dari amplopnya, lalu membuka lipatannya dan siap membacanya.
           
            Sivia … Dulu kau menjadi wanitaku. Wanita yang sangat aku cintai. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, kau bukan menjadi wanitaku lagi. Bagimu mungkin aku sudah tak ada arti apapun. Tapi kau … Kau sungguh sangat berarti untuk diriku. Kau tahu? 2 tahun sudah aku mencoba melupakanmu, tap apa hasilnya? Nihil … Aku tak udah melupakanmu begitu saja.
            Sivia … Mungkin memang sekarang kau bukanlah menjadi wanitaku lagi, tapi aku akan tetap menganggap kau, adalah wanitaku. Dulu, nanti dan selamanya. Kau akan tetap menjadi wanitaku. Wanita terindah untukku. Aku sudah pergi dari kota ini. Mungkin ini yang lebih baik. Walau satu harus kau tahu, cintaku lebih besar dari cintanya. Bukan dia tapi aku. Aku yang lebih besar mencintaimu, my lady.

                                                                                                Salam cintaku untukmu
                                                                                                Alvin Jonathan

            Dia menangis saat membaca suratmu. Isi yang singkat namun begitu menyentuh baginya. Hey, kau berhasil membuatnya menangis, Vin. Kau hebat.
            “Kamu juga akan tetap menjadi priaku, Alvin.” Dia sepertinya masih sangat menyayangimu. Seharusnya kau tahu itu Alvin. Tapi, kau sudah memilih. Memilih untuk meninggalkannya bersama dengan kebahagian yang telah ia pilih. Dan kebahagiannya itu bukan darimu melainkan darinya. Bukan kamu tapi dia, Gabriel. Sungguh malang nasibmu, Vin.

* * * TAMAT * * *

Created by       : Nurjannah Jaimbum
Finish               : Sabtu, 7 Mei 2011. 6:07 PM
Inspirasi            : Lagu Judika “Bukan Dia Tapi Aku”

Ini cerita garing banget, hahahhaha gak berasa feelnya. Semoga aja ada yang sudi mau baca :) Tengkyu … Kalau bisa kasih keripik (kritik, red) buat saya.




Alah, judulnya nyesek banget. Dari pulang sekolah sampai pulang ke rumah saya ngerjain MM mulu. Tapi hasilnya? Sampai detik ini jg masih ada yang belum kelar. Capek dah. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Mudah-mudahan hasil kerjaan saya walaupun cuma lima dan itu salah semua, masih dapat dihargai. Sedikit saja. :) kita lihat saja besok gimana kelanjutan cerita MM ini.

Hari ini gak ada cerita yang menari. Semua terjadi seperti biasa, hanya saja tadi kamu cuma belajar 2 les pelajaran pertama. Ya, padahal kan saya semangat tadi. Apalagi mau nyeritain kejadian saya waktu nonton konser JB. #acembetolaja

Yasudahlah, saya kehabisan kata-kata jadi saya sudahi saja note gak jelas saya ini.

NB: Opera mini dan fesbuk saya kembali normal. :)

Salam Imut
Jaimbum

Assalamualaikum
(Senin, 25 April 2011)

Copyright © 2011 Bidadari Bergaun Ungu. Designed by MakeQuick, blogger theme by Blog and Web | Posts RSS | Comments RSS